
Neurodevelopmental Treatment (NDT) adalah bentuk layanan rehabilitasi medik yang diberikan oleh profesi kesehatan terkait kepada klien dengan masalah sistem saraf pusat (SSP), seperti cerebral palsy, stroke, traumatic brain injury, pun masalah terkait SSP lainnya. Pendekatan NDT pun menjadi salah satu pendekatan yang populer digunakan terapis di pelayanan rehabilitasi medik untuk memberikan pelayanan kepada klien.
Namun, temuan riset terbaru dikatakan bahwa NDT tidak lagi dianjurkan dalam praktik klinis, kenapa? Mari kita simak pembahasan berikut.
Mengenal Neurodevelopmental Treatment (NDT)
Neurodevelopmental Treatment (NDT) merupakan produk berwujud konsep, teori dan kerangka praktik yang biasa kita kenal sebagai: Metode Bobath, yang dapat diterapkan oleh profesi kesehatan di ranah pediatri – rehabilitasi medik, utamanya oleh fisioterapi maupun terapi okupasi.
Seputar NDT atau metode Bobath berikut, mengutip Vaughan-Graham & Cott (2016) terdapat 3 (tiga) poin kunci dari Bobath, yakni (1) analisis gerak dari tahapan aktivitas, (2) keseimbangan postur tubuh dengan gerakan, dan (3) peran senso-motor dalam kontrol motorik. Ketika diterapkan dalam praktik, metode Bobath berdasar kepada berikut (Graham et al., 2009):
- Fasilitasi gerak oleh terapis secara hands-on, sekaligus memberikan input sensori yang dapat membantu meningkatkan kontrol postural.
- Latihan gerak untuk memperoleh kualitas pola gerak motorik yang normal; dengan meminimalkan pola gerak tidak normal (atypical).
Bobath: Perspektif Lama vs Baru
Metode Bobath mengalami perkembangan secara ilmu pengetahuan dan praktis. Berikut di bawah merupakan ulasan mengenai gambaran Bobath metode lama dan metode baru.
Kajian konten ini membahas pandangan riset terbaru terhadap metode Bobath lama yang ditemukan dalam riset pada ranah pediatri, dengan sampel anak dengan masalah cerebral palsy.
Neurodevelopmental Treatment (NDT) dalam Praktik Terapi Okupasi

Pada konteks layanan terapi okupasi di Indonesia, penggunaan metode NDT pada ranah pediatri rasanya cukup banyak dikenal dan dilakukan. Namun, ketika mencoba menemukan referensi penerapan metode NDT dengan praktik terapi okupasi pada pediatri edisi terbaru beberapa tahun ke belakang, rasanya tidak banyak. Berikut merupakan rangkuman dari beberapa temuan.
Behzadi, Noroozi, Mohamadi (2014) melakukan tindakan kepada sampel cerebral palsy dengan membandingkan antara penggunaan NDT saja (1) dengan NDT dikombinasikan dengan home program terapi okupasi (2). Pelaksanaan pada (1) dilakukan dengan menyesuaikan prinsip Bobath seperti fasilitasi dan inhibisi saja di lahan praktik, sedangkan pada (2) dilakukan Bobath dengan diberikan tambahan dengan program home-based menggunakan pamflet dan kaset tutorial.
Melalui perbandingan berikut diperoleh pada (2) dengan kombinasi NDT dan home-based menunjukkan peningkatan lebih baik.
Riset dengan hasil serupa juga terdapat dalam Russell et al. (2017) dengan menerapkan Combined Therapy Approaches (CAT) pada sampel anak cerebral palsy, kombinasi antara NDT dengan kerangka konsep lain, dengan satu grup kontrol yang diukur secara pre-post menunjukkan pengaruh yang lebih baik poin tingkat kemandirian anak pada post terapi.
Melihat Efektivitas Neurodevelopmental Treatment (NDT) – 5 Tahun Terakhir

Melalui kajian riset terkini dengan sajian review sistematik seputar NDT dalam praktik terapi okupasi maupun rehabilitasi medik pada pediatri, sebagai berikut.
Dampak pada Komponen & Fungsi Tubuh Manusia
Melalui kajian Novak & Honan (2019), dikatakan bahwa penerapan NDT (metode lama; secara pasif) pada CP termasuk dalam kelompok tidak efektif dan disarankan tidak dilakukan, dibandingkan dengan bimanual therapy, constraint induced movement therapy (CIMT) dan pendekatan lain. Dalam dimensi melatih fungsional anak, NDT juga tidak tercantum sebagai kerangka praktik di segala kelompok. Penggunaan pendekatan family centered care mapun lainnya lebih disarankan untuk dilakukan.


Dinukil dari Novak & Honan (2019). Informasi warna: Disarankan Sangat Lakukan (Hijau), Boleh Lakukan (Kuning/Oranye W+), Baiknya Hindari (Kuning/Oranye W-), Jangan Lakukan (Merah).
Kajian lain oleh Novak et al. (2020) menyajikan rambu-rambu pendekatan rehabilitasi dan penanganan fungsional pada cerebral palsy dengan hasil sebagai berikut. Ditemukan bahwa pendekatan NDT (melalui kajian literature-literatur) pada beberapa kolom kemampuan anak. dikatakan tidak disarankan hingga dilarang penggunaannya untuk penanganan.


Dinukil dari Novak et al. (2020). Informasi warna: Disarankan Sangat Lakukan (Hijau), Boleh Lakukan (Kuning/Oranye W+), Baiknya Hindari (Kuning/Oranye W-), Jangan Lakukan (Merah).
Mengapa demikian?
Menyoroti pengaruh NDT pada dimensi motorik dan fungsional dengan merangkum dari Novak & Honan (2019) & Novak et al. (2020), melihat dimensi motorik dan kemampuan fungsional anak cerebral palsy bertujuan untuk memberikan pengalaman bergerak, beraktivitas secara langsung dan terfasilitasi dengan mandiri dapat meningkatkan fungsi kompleks dari neuroplastisitas otak anak. Sebaliknya, ketika menggunakan NDT, SI dan metode lain pada diagram, tidak membelajarkan & memberikan pengalaman aktif kepada anak sehingga tidak mengaktifkan kerja fungsi motorik di otak.
Penanganan yang bersifat top-down yang diaplikasikan pada anak CP lebih memberikan pengalaman dan hasil yang nyata daripada pendekatan bottom-up dari pendekatan NDT/Bobath & SI (metode lama) (Novak & Honan, 2019)
NDT vs Pendekatan Lainnya
Riset dari te Velde et al. (2022) menelisik seputar efektivitas pendekatan NDT dibandingkan dengan pendekatan berbasis aktivitas (activity-based) dalam beragam dimensi & model penerapan, penggunaannya untuk meningkatkan fungsi motorik pada anak dan bayi dengan CP maupun resiko tinggi CP.

Rangkuman kajian tersebut dikelompokkan menjadi 3 bagian dampak; (1) latihan activity-based lebih diunggulkan, (2) latihan struktur-fungsi tubuh sepadan dengan NDT, dan (3) NDT & berapapun dosis terapi NDT tidak dianjurkan dilakukan.
Mengapa demikian?
- Temuan efektivitas activity-based ketika melibatkan anak untuk aktif dan mandiri dalam sesi terapi lebih meningkatkan pencapaian anak (dibandingkan menggunakan NDT yang masih difasilitasi). Keterlibatan lingkungan yang sebenarnya, beragam dan menyenangkan membuat anak lebih banyak belajar.
- Eliasson et al. (2014) menyebutkan activity based pada bayi resiko tinggi CP melibatkan lingkungan penuh mainan yang sesuai dengan kemampuan motorik anak & berkembang sesuai level kognitif perkembangannya ketika sesi terapi dilakukan, seperti kalung, mainan masak-masakan, mainan halus-kasar, dan sebagainya.
- Temuan riset latihan berbasis fungsi-komponen tubuh dibandingkan dengan penarapan NDT, menunjukkan dampak yang sama (meningkatkan fungsi motorik tubuh), akan tetapi tidak banyak ditemukan varian riset lain dan masih ditemukan bias.
- Penggunaan pendekatan NDT metode lama dianjurkan untuk tidak digunakan dalam pelayanan kepada bayi dan anak dengan CP maupun resiko tinggi CP.
- Hal tersebut disebabkan berdasarkan kajian meta analisis dan review sistematik, ditemukan dampak activity-based lebih baik daripada NDT lama dalam sampel yang memadai & bias relatif rendah, pun kajian yang tersedia tidak cukup memadai dan terpercaya lewat hasil data statistik (te Velde et al., 2022).
- Batasi tindakan yang tidak efektif seperti: membantu, menggerakkan dan memposisikan – dengan tujuan menormalisasi gerakan maupun membatasi gerak abnormal, tonus & refleks, melakukan stretching pasif, memberikan input sensori maupun vestibular.
- Perbanyak membelajarkan pola gerak aktif, bertahap, berulang dan bervariasi pada setiap tugas aktivitas, memberikan umpan balik terhadap kemampuan anak, menetapkan tujuan terapi yang sebenarnya dan mengembangkan keterampilan problem-solving anak.
Ulasan-ulasan di atas banyak menyoroti kajian seputar efektivitas NDT lama dibandingkan dengan pendekatan yang bersifat activity-based (seperti CIMT, bimanual training dsb.) pada populasi CP di beragam kondisi dan usia perkembangan.
Sejelasnya, uji efektivitas tersebut diseleksi berdasarkan metodologi riset, baik secara review sistematik dan/maupun meta analisis, terhadap beragam literatur menyesuaikan pada kata kunci akses literaturnya; misalnya: neurodevelopmental treatment, cerebral palsy.
Berlanjut kepada membandingkan signifikansi hasil dari setiap literatur terseleksi hingga menarik kesimpulan: penerapan pendekatan NDT lama dalam praktik menunjukkan dampak tidak lebih baik daripada pendekatan lainnya, utamanya pendekatan yang bersifat activity-based.
Kesimpulan
Penggunaan pendekatan NDT (metode lama) bila dihubungkan dengan tren dan tujuan rehabilitasi kesehatan masa kini yang bersifat partisipatif dan melibatkan kepada lingkungan sebenarnya (perspektif top-down) tidak lagi relevan dan sejalan.
Perlunya kolaborasi, kombinasi, upgrade kepada perspektif NDT metode baru maupun tidak menerapkan NDT dengan mengaplikasikan metode yang evidence-based lainnya, kiranya dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal, memberikan pengalaman lebih partisipatif dan aktif kepada klien, sejalan ke arah occupation-centered dan client-centered pada layanan terapi okupasi pediatri.
Referensi
Ann-Christin Eliasson, Linda Nordstrand, Linda Ek, Finn Lennartsson, Lena Sjöstrand, Kristina Tedroff, Lena Krumlinde-Sundholm. The effectiveness of Baby-CIMT in infants younger than 12 months with clinical signs of unilateral-cerebral palsy; an explorative study with randomized design. Research in Developmental Disabilities,Volume 72, 2018, 191-201. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2017.11.006.
Anna te Velde, Catherine Morgan, Megan Finch-Edmondson, Lynda McNamara, Maria McNamara, Madison Claire Badawy Paton, Emma Stanton, Annabel Webb, Nadia Badawi, Iona Novak; Neurodevelopmental Therapy for Cerebral Palsy: A Meta-analysis. Pediatrics June 2022; 149 (6): e2021055061. 10.1542/peds.2021-055061
Behzadi, Faranak & Noroozi, Hesammedin & Mohamadi, Marzieh. (2014). The Comparison of Neurodevelopmental-Bobath Approach with Occupational Therapy Home Program on Gross Motor Function of Children with Cerebral Palsy. Journal of Rehabilitation sciences and Research. 1. 21-24.
Graham JV, Eustace C, Brock K, Swain E, Irwin-Carruthers S. The Bobath concept in contemporary clinical practice. Top Stroke Rehabil. 2009;16(1):57–68
Novak, I. and Honan, I. (2019), Effectiveness of paediatric occupational therapy for children with disabilities: A systematic review. Aust Occup Ther J, 66: 258-273. https://doi.org/10.1111/1440-1630.12573
Novak, I., Morgan, C., Fahey, M. et al. State of the Evidence Traffic Lights 2019: Systematic Review of Interventions for Preventing and Treating Children with Cerebral Palsy. Curr Neurol Neurosci Rep 20, 3 (2020). https://doi.org/10.1007/s11910-020-1022-z
Russell, Dorothy Charmaine, Scholtz, Christa, Greyling, Petro, Taljaard, Marin, Viljoen, Elmien, & Very, Corné. (2018). A pilot study on high dosage intervention of children with CP using combined therapy approaches. South African Journal of Occupational Therapy, 48(2), 26-33. https://dx.doi.org/10.17159/2310-3833/2017/vol48n2a5
Vaughan-Graham J, Cott C. Defining a Bobath clinical framework – a modified e-Delphi study. Physiother Theory Pract. 2016;32(8):612–627
Saya setuju bahwa ndt lama tdk relevan lg utk kondisi spt cp, Pertanyaan menggelitik sy:
Apakah responden penelitian yg digunakan dlm penelitian baik ndt maupun pendekatan berbasis aktifitas belum atau tdk pernah mendptkan layanan terapi lain sebelum mrk mjd responden penelitian terbaru ini. Kalau memang blm pernah , kmd bagaimana klien dgn cp bisa melakukan aktifitas dgn cimt atau bimanual therapy bila kontrol kepala sj blm bisa dilakukan, terima kasih
Penjelasannya secara holistik. Wajib diketahui bagi kami Okupasi Terapis. Terima kasih ilmunya bu